International Data Corporation (IDC) Indonesia telah mengumumkan lima besar merek smartphone pada 2017. Terlihat ada perubahan posisi di lima besar, bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Posisi teratas masih dipegang oleh Samsung, begitu juga sang runner up yang diduduki oleh Oppo. Keduanya masing-masing mempunyai market share sebesar 31,8% dan 22,9%. Di 2016, Samsung punya market share 28,8% dan Oppo 16,6% yang berarti terjadi kenaikan.
Ditempat ketiga yang sebelumnya diduduki oleh Asus, kini tergeser oleh brand Indonesia, yaitu Advan dengan penguasaan pasar 7,7%. Kemudian di urutan keempat dan kelima disinggahi oleh Asus dengan 6,5% dan Vivo 6%, serta selanjutnya gabungan seluruh vendor sebesar 25,1%.
IDC Indonesia membeberkan jumlah pengiriman smartphone pada kuartal IV 2017, di mana ada 7,8 juta unit ponsel pintar yang dikirimkan ke pasaran. Angka tersebut turun 9% dari tahun ke tahun (YoY).
Apabila dihitung secara keseluruhan, maka pengiriman di kuartal terakhir tersebut menutup tahun dengan total pengiriman ke pasar Indonesia mencapai 30,4 juta unit smartphone di sepanjang tahun 2017. Ada penurunan rendah sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2016.
Penurunan ini, IDC melihat karena kombinasi antara pasokan pengiriman yang lebih rendah dan persaingan dari para vendor unggul yang berdampak pada beberapa vendor lainnya.
“Kuartal keempat selalu menjadi kuartal dengan pengiriman tertinggi sejak 2013, tetapi ini berubah pada tahun 2017. Kebanyakan vendor akan mengirim dalam jumlah yang lebih besar untuk persediaan untuk perayaan akhir tahun dan Harbolnas,” ucap Risky Febrian, Associate Market Analyst, IDC Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/4/2018).
“Tetapi tidak dapat melakukannya kali ini, sehingga total pengiriman kuartal IV 2017 lebih rendah dari yang diharapkan, meskipun ada pertumbuhan signifikan dari vendor teratas,” ucapnya melanjutkan.
Ketika aturan TKDN yang diberlakukan pada awal 2017, di mana persyaratan konten lokal harus diubah dari 20% menjadi 30%, para vendor unggul dapat bereaksi dengan cepat dengan memenuhi persyaratan baru, meskipun ada komitmen finansial yang lebih berat, sehingga dapat mengamankan dan memperkuat posisi mereka di Indonesia. Ungkap Febrian.
“Ketika siklus penggantian device mulai bertambah lama dan para vendor tersebut menjadi semakin menonjol di Indonesia, vendor lain dengan mindshare yang lebih rendah dan portfolio produk yang kurang kompetitif, kemudian kehilangan pangsa pasar mereka,” kata Febrian.
source: inet.detik